بسم الله الرحمن الرحيم ....untuk jejak yang lebih bermakna sebagai bekal menuju akhirat
search
Kamis, 14 Agustus 2014
Kamis, 03 Juli 2014
Takutlah dari berbuat kesombongan !!!
theroad2jannah.blogspot.com |
referensi : Mukhtasar Minhajul Qashidin, hal.247 dalam Orang2 besar yg rendah hati, hal.34
Minggu, 15 Juni 2014
Dialog menakjubkan antara Nabi Ibrahim 'alaihisalam dengan Malaikat Maut
Diriwayatkan
bahwa malaikat maut datang kpd Nabi Ibrahim 'alaihisalam untuk
mencabut nyawanya. Ibrahim 'alaihisalam berkata kepadanya, "Pernahkah
kamu melihat seorang kekasih mematikan kekasihnya ?" Maka, Allah
SubhanahuWaTa'ala mewahyukan kepadanya "Pernahkah kamu melihat
org yg mencintai membenci pertemuan dengan yang dicintainya?"
Ibrahim 'alaihisalam lalu berkata, "Hai malaikat maut ! Cabutlah
(Nyawaku) !.
Kamis, 22 Mei 2014
Ciri-ciri orang yang berambisi menjadi pemimpin
http://www.braunstonechessclub.org.uk |
Fadhl
berkata, "Setiap orang yg berambisi menjadi pemimpin, pasti
memiliki sifat iri hati, bertindak aniaya, mencari-cari aib orang lain,
dan tidak suka bila orang lain dipuji."
(Sa'id abdul 'Azhim.
2007. Bertakwa tapi tidak dikenal (terjemahan dr kitab Al-atqiya'ul
Akhfiya'). Wacana Ilmiah Press. Solo. Hal.14
Minggu, 11 Mei 2014
Poros perjuangan seorang muslim !!!
Selama nafas seorang mukmin masih
keluar masuk, hakekatnya dia senantiasa berada dalam perjuangan krn
itu hendaknya dia tidak merasa aman dan poros perjuangan seorang
muslim ialah : "Melaksanakan apa yg diperintahkan-Nya dan
mencintai apa yang dicintai-Nya,
Meninggalkan apa yg dilarang-Nya
dan membenci apa yg dibenci-Nya".
Minggu, 04 Mei 2014
Diantara jalan menjadi kekasih Allah SubhanahuWaTa'ala
Diantara
jalan menjadi kekasih Allah SubhanahuWaTa'ala
Abu
bakr Al-Jauzi berkata, aku mendengar Sahl bin Abdullah rahimahullah
berkata, "Tidak semua manusia yang melakukan ketaatan dapat
menjadi kekasih Allah, tetapi yang
menjadi kekasih Allah adalah orang yang menjauhi apa yang dilarang
oleh-Nya. Tidak ada orang yang menjauhi beragam dosa
kecuali orang yang shiddiq (benar keimanannya). Sedangkan amalan
kebaikan, ia bisa saja dikerjakan oleh orang yang baik maupun orang
yang fajir." - (Kitab
Shifatu shafwah karangan Ibnul Jauzy Rahimahullah)
Jumat, 18 April 2014
Barisan "Al-Ghuroba"
Barisan
- “Al-Ghuroba”
“Apabila seorang
mukmin menghendaki supaya Alloh menganugerahinya Bashiroh (ilmu yang
mendalam) di dalam agama, pengetahuan akan sunnah Rasul-Nya dan
pemahaman akan kitab-Nya dan diperlihatkan hawa nafsu, bid’ah,
kesesatan dan jauhnya manusia dari shirothol mustaqim, jalannya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan para sahabatnya.
Apabila ia menghendaki untuk menempuh jalan ini, maka
hendaklah ia persiapkan dirinya untuk dicemooh oleh orang-orang bodoh
dan ahlul bid’ah, dicela, dihina dan ditahdzir oleh mereka.
Sebagaimana pendahulu mereka melakukannya kepada
panutan dan imam kita Shallallahu ‘alaihi wa Salam.
Adapun
apabila ia menyeru kepada hal ini dan mencemooh apa-apa yang ada pada
mereka, maka mereka akan murka dan membuat makar kepadanya...
Sehingga dirinya menjadi orang yang :
Asing di dalam
agamanya dikarenakan
rusaknya agama mereka
Asing di dalam
berpegang teguhnya ia kepada sunnah dikarenakan
berpegangnya mereka dengan kebid’ahan
Asing di dalam
aqidahnya dikarenakan
rusaknya aqidah mereka
Asing di dalam
sholatnya dikarenakan
rusaknya sholat mereka
Asing di dalam
manhajnya dikarenakan
sesat dan rusaknya manhaj mereka
Asing di dalam
penisbatannya dikarenakan
berbedanya penisbatan mereka dengannya
Asing di dalam
pergaulannya terhadap mereka dikarenakan
ia mempergauli mereka di atas apa yang tidak disenangi hawa nafsu
mereka
Kesimpulannya: ia adalah
orang yang asing di dalam urusan dunia dan akhiratnya, yang
masyarakat tidak ada yang mau menolong dan membantunya.
Karena
dirinya adalah :
Seorang yang berilmu di
tengah-tengah orang yang bodoh
Penganut sunnah di
tengah-tengah pelaku bid’ah
Penyeru kepada Alloh dan
Rasul-Nya di tengah-tengah penyeru hawa nafsu dan bid’ah
Penyeru kepada yang ma’ruf
dan pencegah dari yang mungkar di tengah-tengah kaum yang menganggap
suatu hal yang ma’ruf sebagai kemungkaran dan suatu hal yang
mungkar sebagai ma’ruf.”
Nasehat Ibnu
Qayyim :: [dalam Madarijus Salikin (III/200)]
Langganan:
Postingan (Atom)